SADURAN SANGHIYANG SIKSA KANDANG KARESIAN
Inilah Ya inilah yang akan diajarkan oleh sang budiman bagi mereka
yang mencari kebahagiaan. Ada (ajaran) yang bernama sanghiyang siksakandang
karesian untuk kewaspadaan semua orang. Inilah ujar sang budiman sanghiyang dasa kreta1 untuk pegangan orang
banyak. Siapapun yang hendak menegakkan sarana kesejahteraan agar dapat lama
hidup, lama tinggal (di dunia). berhasil dalam peternakan, berhasil dalam
pertanian,2 selalu unggul dalam perang, sumbernya terletak pada
orang banyak.
Inilah
kenyataan yang disebut sanghiyang dasa kreta. Bayang bayang dasa sila,
maya-maya3 sanghiyang dasa marga, perwujudan dasa indera untuk
menyejahterakan dunia kehidupan di dunia yang luas.4
Ini
(jalan) untuk kita menyejahterakan dunia kehidupan, bersih jalan, subur
tanaman, cukup sandang,5 bersih halaman belakang, bersih halaman
rumah. Bila berhasil rumah terisi, lumbung terisi. kandang ayam terisi, ladang
terurus, sadapan terpelihara, lama hidup. selalu6 sehat. sumbernya
terletak pada manusia sedunia. Seluruh penopang kehidupan; Rumput,
pohon-pohonan, rambat. semak, hijau subur tumbuhnya segala macam buah-buahan,
banyak hujan, pepohonan tinggi karena subur tumbuhnya, memberikan kehidupan
kepada orang banyak. Ya itulah (sanghiyang) sarana kesejahteraan dalam
kehidupan namanya
Ini
sanghiyang dasa kreta yang disebutkan sebagai bayang-bayang sanghiyang dasa
sila,7 ya maya-maya sanghiyang dasa marga. perwujudan dasa indera.
Inilah kenyataannya.
Telinga
jangan mendengarkan yang tidak layak didengar karena menjadi pintu bencana,
penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; namun kalau telinga
terpelihara, kita akan mendapat keutamaan dalam pendengaran.
jangan
sembarang melihat yang tidak layak dipandang karena menjadi pintu bencana,
penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; namun bila mata
terpelihara, kita akan mendapat keutamaan dalam penglihatan.
Kulit
jangan digelisahkan karena panas ataupun dingin sebab menjadi pintu bencana,
penyebab kita mendapat celaka di dasar kenistaan neraka; tetapi kalau kulit
terpelihara, kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari kulit.
Lidah
jangan salah kecap karena menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat celaka
di dasar kenistaan neraka; namun bila lidah terpelihara, kita akan mendapat
keutamaan yang berasal dari lidah.
Hidung
jangan salah cium karena menjadi pintu bencana penyebab kita mendapat celaka
di dasar kenistaan neraka: namun bila hidung terpelihara, kita akan
mendapat keutamaan yang berasal dari hidung.
Mulut
jangan sembarang bicara karena menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka;
namun bila mulut terpelihara. kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari
mulut.
Tangan
jangan sembarang ambil karena menjadi pintu bencana di dasar kenistaan neraka;
namun bila tangan terpelihara. kita akan mendapat keutamaan yang berasal dari
tangan.
Kaki
jangan sembarang melangkah karena menjadi pintu bencana, penyebab kita mendapat
celaka di dasar kenistaan neraka; namun bila kaki tcrpelihara. kita akan
mendapat keutamaan yang berasal dari kaki.
Tumbung8
jangan dipakai keter9 karena menjadi pintu bencana di dasar
kenistaan neraka; namun bila tumbung terpelihara, kita akan mendapat keutamaan
yang berasal dari tumbung.
Baga-purusa10jangan
dipakai berjinah, karena menjadi pintu bencana, penyabab kita mendapat celaka
di dasar kenistaan neraka; namun bila baga-purusa terpelihara, kita akan
memperoleh keutamaan dari baga dan purusa.
Ya itulah yang disebut dasa kreta. Kalau sudah terpelihara
pintu (nafsu) yang sepuluh, sempurnalah perbuatan orang banyak. Demikian pula
perbuatan sang raja.
Ini yang disebut dasa prebakti. Anak tunduk kepada bapak; isteri tunduk kepada
suami; hamba tunduk kepada majikan11 siswa tunduk kepada guru;
petani tunduk kepada wado; wado12 tunduk kepada mantri, mantri
tunduk kepada nu nangganan; nu nangganan tunduk kepada mangkubumi; mangkubumi
tunduk kepada raja; raja tunduk kepada dewata; dewata tunduk kepada hiyang. Ya
itulah yang disebut dasa prebak.
Ini
yang harus dilaksanakan, amanat sang budiman sejati. Puji dan sembahku kepada
Siwa, hormatku kepada sanghiyang panca tatagata.13. Panca berarti
lima, tata berarti ucap, gata berarti raga, Ya itulah yang memberikan kebaikan
kepada semuanya.
Panca aksara14 adalah guru manusia. Panca aksara itu kenyataan yang
terlihat, terasa dan tersaksikan oleh indera kita. Guru itu tempat bertanya
orang banyak, Karena itu dinamakan guru manusia. Kebodohan itu baru ada setelah
adanya dunia.
Ini kenyataanya. Namanya ya panca byapara.15
Sanghiyang pretiwi (tanah), air, cahaya, angin dan angkasa. Ujar sang budiman
manusia besar: itu semua milik kita. Yang diibaratkan tanah yaitu kulit, yang
diibaratkan air yaitu darah dan ludah, yang diibaratkan cahaya yaitu mata, yang
diibaratkan angin yaitu tulang, yang diibaratkan angkasa yaitu kepala. Itulah
yang disebut pretiwi dalam tubuh. Ya diibaratkan oleh penguasa bumi. Ya
menjelma menjadi para rama, resi, ratu, disi dan tarahan.
Ini panca putera:16 pretiwi adalah Sang Mangukuhan,
air adalah Sang Katungmaralah, cahaya adalah Sang Karungkalah, angin adalah
Sang Sandanggreba, angkasa adalah Sang Wretikandayun,17
Ini panca kusika:18 Sang Kusika di Gunung, Sang
Garga di Rumbut, Sang Mesti di Mahameru, Sang Purusa di Madiri. Sang Patanjala
di Panjulan.
Kalau
terpahami semua sanghiyang wuku19 lima di bumi tentu (tampak)
menyenangkan (keadaan) semua tempat. Tempat itu disebut: purwa, daksina,
pasima, utara, madya. Purba yaitu timur, tempat Hiyang Isora, putih warnanya.
Daksina yaitu selatan, tempal Hiyang Brahma, merah warnanya. Pasima yaitu
barat, tempat Hiyang Mahadewa, kuning warnanya.
Utara yaitu utara, tempat Hiyang Wisnu, hitam warnanya. Madya
yaitu tengah, tempat Hiyang Siwa, aneka macam warnanya. Ya sekian itulah wuku lima
di bumi.
Ini Wuku lima pada rnaha pendeta. Rahasia itu terasa dalam
bertutur; tapa itu terasa dalam berkelana; duduk itu terasa dalam keteguhan;
kepastian itu terasa dalam kemustahilan; kelepasan itu terasa dalam memberi
tanpa diberi, mengingat (eling) tanpa batas. Sekian wuku lima pada maha pendeta.
Ini modal kesejahteraan yaitu mereka sang dewata lima.20
Semua mewakili namanya sendiri; semua melihat rupanya serdiri. Namun kalau
tidak terasa ibarat bengkok bertemu dengan bengkoknya, lurus bertemu dengan
lurusnya. Demikianlah karena perbuatan manusia maka sejahtera, karena perbuatan
manusia maka sentosa.
Ini pekerjaan hulun21 untuk jalan kita inengabdi.
Pekerjaan itu disebut bakal budi, tingkah laku itu namanya jalan. Hendaknya
takut, berhati-hati(?), hormat dan sopan dalam tingkah. dalam perbu-atan, dalam
ulah dan perkataan.
Demikian pula bila berada di hadapan sang raja. Tetaplah setia
dalam pengabdian, akan pulih dari noda yang sepuluh,22 pasti
terhapus dosa dan hilang23penderitaan, bersua dengan kebahagiaan.
Bila benar-benar melaksanakan tugas sebagai hulun, yang demikian itu lebih
memadai dari hasrat24 setinggi bukit, bertapa di puncak gunung
karena terlarang bertapa di atas gajah atau moncong singa; mudah mendapat bencana
besar.
Ini perilaku manusia yang akan berguna bagi orang banyak. Turutlah
sanghiyang siksakandang karesian.
Waspadalah agar kita terluput dari pancagati25 agar tidak sengsara.
Jangan hianat jangan culas, jangan menghianati diri sendiri. Yang dikatakan
menghianati diri sendiri yaitu: yang ada dikatakan bukan, yang bukan dikatakan
benar. Ya begitulah,tekadnya penuh dengan muslihat. Perbuatan memitnah,
menyakiti hati (orang lain), itulah kenyataannya yang disebut menghianati diri
sendiri.
Yang disebut mengkhianati orang lain adalah: memetik (milik orang)
tanpa izin, mengambil tanpa meminta, memungut tanpa memberi tahu. Demikian
pula: merampas, mencuri, merampok, menodong; segala macam perbuatan hianat. ya
menghianati orang lain namanya.
Demikian pula: merangkum (mengambil barang orang dengan kedua
telapak tangan), memasukkan tangan (untuk mengambil barang orang), mencomot,
merebut, merogoh, menggerayangi rumah orang, Begitu juga terus menerus tinggal
di rumah majikan, rumah penguasa atau pada raja. Hal demikian lebih-lebih
jangan dilakukan, jangan diperbuat oleh seorang hulun. Jangan lupa menggunakan
ucap yang hormat, sopan dan mantap, bakti dan susila kepada sesama manusia,
kepada sanak keluarga.
Demikianlah kepada raja kita. Kaki itu untuk bersila dan tangan
untuk menyembah. Hati-hatilah kita berbincang dengan menak, dengan majikan
pemilik tanah. dengan kedua orang tua,26 dengan wanita larangan:27
Begitu pula dengan raja kita. Bila kepada kita dipercayakan suatu rahasia,
jangan munafik pikiran kita, demikian pula salah jawab, kelihatan roman muka
tidak senang oleh raja kita. Jangan, pemali ! Nanti gugur hasil kita
bertapa, hilang jasa nenek moyang, akan lenyap hasil jerih payah kita, akan tertimpa
kesengsaraan, diusir oleh sang raja.
Kalau tak akan setia kepada raja kita, bila kemudian kita
menderita sakit, menjadi lemah karena tak bertenaga atau merasa bingung, lalu
terang-terangan mengatakan bahwa hal itu keterlaluan. Karena itu belajarlah
setia kepada raja; tetapi bila kita bertindak, jangan mengeluh, jangan kecewa,
jangan enggan diperintah, jangan iri, jangan dengki kepada kawan semajikan.
Demikianlah bila melihat orang yang mendapat pujian, mendapat
selir, melihat yang dikasihi oleh raja, kemudian hendak goyah kesetiaan kita.
Jangan, pemali! Akibat buruknya ialah jadi murung sakit hati. Tak akan dapat
diobati, jampi tak akan mempan, niat tak akan terlaksana karena tidak
dibenarkan oleh sanghiyang siksakandang karesian.
Demikianlah
bila kita menjadi anggota pasukan28 janganlah sampai mendapat marah.
Kalaupun kita mendapat marah jangan sampai tidak berbakti kepada nu nangganan
karena ia tanda29 sang raja.
Bila
kita mendapat perintah, jangan melupakan sanghiyang siksakandang karesian. agar
kita tetap setia kepada tugas. Namun kalau ada yang (diperintah) ke utara,
selatan, barat dan timur. janganlah siwok cante, jangan simur cante, jangan
simar cante, jangan darma cante. Ya itulah yang disebut catur yatna (empat
kewaspadaan).
Inilah keterangannya. Yang disebut siwok cante30 adalah
tergoda oleh makan-minum. Yang disebut simur cante adalah ikut perbuatan orang
yang mencuri, merebut dan merangkum. Itulah yang dinamakan salah langkah,31
yang disebut simar cante adalah mengambil dagangan mas dan perak
berlembar-lembar tanpa disuruh
yang empunya barang. Ya salah jualan namanya. Yang disebut darma canten ialah
membantu (pihak) yang dibenci oleh raja kita. Disuruh mengambil (menangkap)
atau pergi membunuh orang yang durhaka oleh raja, berganti jadi memberi hati
karena ragu-ragu, karena terikat rasa kekeluargaan, karena saudara Hal itu
jangan dilakukan oleh seorang hulun. Suka terhadap yang dibenci (oleh raja),
benci terhadap yang disukai (oleh raja). Hal itu tidak layak kita perbuat
selaku seorang hulun.
Ini
untuk kita menurut kepada raja, supaya kita lama dijadikan hulun, agar kita
lama diaku oleh raja kita. Ikuti sanghiyang siksakandang karesian! Lihatlah
sang penguasa. Kalau raja marah kitapun harus ikut marah bersama raja. Kalau
raja memuji kitapun harus ikut memuji bersama raja. Kalau tidak ikut memuji
atau mencela bersama raja, itulah tanda mungkir bahwa kita berbakti kepada
raja.
Kalau
kita (diperintah) pergi ke hutan. janganlah lupa baju dan selimut. Kalau tidak
bersama raja, perhatikan (peraturan) dalam siksakandang karesian. Peraturannya
yaitu: jangan memetik sayur di ladang kecil orang lain, juga di kebun orang
lain. Akan sia-sia hasil kita beramal baik.
Batas kebun di hutan, kayu yang ditandai tali, pohon buah yang
ditandai ranting, kayu bakar yang disandarkan, cendawan yang ditutupi, sarang
tiwuan, odeng, lebah, engang,
ulat kayu, parakan32 atau apapun yang telah diberi simpul babayan33
jangan diambil. Demikian pula menurunkan sadapan orang lain jangan sekali-kali
dilakukan karena merupakan sumber dosa dan pangkal kenistaan dan noda.
Kalau
kite menemukan jalan, besar atau kecil, segeralah bercangcut dan berpakaian34
sebab mungkin kita berpapasan (berpandangan) dengan gusti atau mantri. Kita
harus berada di sebelah kiri dan berjongkok. Bila (bersua) pujangga, brahmana,
raja pendeta, mangkubumi, putera raja, kaya atau miskin, demikian pula bila
bersua dengan guruloka, kita harus berada di sebelah kirinya karena dia itu
guru sang prabu.
Ingat-ingat
dalam siksakandang karesian dan perhatikan dalam godaan.35 Jangan
berjalan mengiringi semua wanita larangan, semua rara hulanjar36
agar tidak terkena godaan di perjalanan. Demikian pula memegang tangan(nya),
duduk bersama-sama di atas catang, di balai-balai berdua saja, disebut godaan di
tempat duduk. Berdiri di belakang rumah atau di halaman berdua saja,
disebut-godaan di tempat berdiri namanya. Menyahut orang batuk, mendeham,
membuang dahak, demikian pula menyahut ibu-ibu yang menyanyi, disebut lembu
memasuki gelanggang. Bersandar pada bekas orang suci duduk pada tiang, pada
kayu, pada batu, padahal kita melihatnya dan setelah mereka pergi kita
menggantikannya bersandar di situ, disebut lembu menantang. Itu semua perlu
diingat kalau ingin terluput dari neraka.
Demikian pula sepenginapan, setempat-tinggal, seberanda,
sebalai-balai dengan semua orang suci, semua wanita larangan, dinamakan kerbau
sepemakanan.37 Ya semuanya perlu diingat, disebut perbuatan pamali
namanya. Semua itu jangan
sekali-kali ditiru oleh hulun semuanya.
Kalau kita
hendak; membawa maka berbicaralah kepada penguasa. Kalau disetujui,
rundingkanlah perihal sakitnya, matinya, hilangnya, kuburannya semua, bawalah!
Tidak akan menjadikan aturan. Kalau tidak disetujui, jangan! Kalau berkeras
hendak membawa dia, bila ia sakit harus diurus, bila mati atau hilang harus
mengganti sendiri menurut kemampuan, karena itu hati-hatilah!
Ini
lagi. Kalau kita kedatangan oleh semua pangurang38 dasa,39
calagara, upeti, panggeres reuma,40 tunjukkanlah rasa suka dalam
tingkah kita, anggaplah seperti kedatangan sanak-keluarga, saudara, adik,
kakak, anak, sahabat, suan atau keponakan. Demikianlah ibaratnya. Namun bila
ada rasa sayang pada kita, sediakanlah makanan, minuman, selimut, kain yang
kita miliki.
Resapkanlah
puja dan berlindung kepada hiyang dan dewata. Bila kita diperintah bekerja ke
ladang, ke sawah, ke serang41 besar, mengukuhkan tepian sungai,
menggali saluran, mengandangkan ternak. memasang ranjau tajam, membendung
sebahagian alur sungai untuk menangkap ikan, menjala, menarik jaring, memasang
jaring, menangguk ikan, merentang jaring; segala pekerjaan untuk kepentingan
raja, jangan marah-marah. jangan munafik, jangan resah dan uring uringan,
kerjakanlah dengan senang hati semuanya.
Resapkanlah tugas kita. Namun bila kita pulang ke kota, jangan
berak di pinggir jalan atau di pinggir rumah diujung bagian yang tak berumput,
agar tidak tercium oleh menak dan gusti. Timbuni tungku yang berlubang lubang
supaya tidak dikutuk dan disalahkan ibu-bapak dan perguruan, disesali oleh
orang-orang tua karena perbuatan kita yang ceroboh. Namun kalau menurut sanghiyang siksa, berak harus tujuh langkah
dari jalan, kencing harus tiga langkah dari jalan. Pasti tidak akan dimarahi
orang lain karena kita mengetahui perbuatan yang terlarang. Kalau dikerjakan
akan mendatangkan sedih. yang terlarang itu dapat mengakibatkan kematian; dan
(dalam kota itu) perhatikanlah tempat hukuman (?). ujung kayu penjepit tangan
hukuman, mungkin pemandian keraton, kandang larangan, rumah larangan. Demikian
pula memintas jalan, menghampiri atau melewati rombongan raja yang sedang
bercengkerama, karena semua itu merupakan perbuatan dosa.
Bila
kita masuk ke keraton, maka baik baiklah melihat, jangan sampai melanggar,
mendorong, mengganggu atau memutus jajaran (orang-orang yang duduk). Bila kita
duduk jangan salah menghadap, baik baiklah bersila. Dan sekiranya kita diajak
bicara oleh raja, pikirkanlah betul-betul bicara kita. Harus layak supaya
menyenangkan raja.
Dan
perihatikanlah mereka yang dapat ditiru: mantri, gusti yang terkemuka,
bayangkara yang menghadap, pangalasan. juru lukis, pandai besi. ahli kulit,
dalang wayang, pembuat gamelan, pemain sandiwara, pelawak, peladang, penyadap,
penyawah, penyapu, bela mati, juru moha, barat katiga, prajurit, pemanah,
pemarang, petugas dasa dan penangkap ikan, juru selam dan segala macam
pekerjaan. Semua setia kepada tugas untuk raja, itu semua patut ditiru sebab
mereka melakukan tapa dalam negara.
Jika ada di antara kita yang dimarahi oleh raja, itu semua jangan
ditiru perbuatannya, nanti kitapun mendapat marah pula. Ini perbandingannya;
kalau orang pergi ke hutan
menginjak duri, lalu kitapun penginjaknya, terasa sama sakitnya. Bila ada di
antara kita yang terpuji: cekatan, terampil, penuh keutamaan, cermat, teliti,
rajin, tekun, setia kepada tugas dari raja. Yang demikian itu perlu ditiru
perbuatan dan kemahirannya. pasti kitapun akan mendapat pujian pula.
Bila
ada orang baik penampilannya, baik tingkahnya, baik perbuatannya, tirulah
seluruhnya karena yang demikian itu disebut manusia utama. Bila ada orang yang
buruk penampilannya, pandir tingkahnya, tetapi baik perbuatannya. yang demikian
itu jangan ditiru tingkahnya, dan perhatikan penampilannya. Tirulah
perbuatannya. Kalau ada orang yang buruk penampilannya, pandir tingkahnya dan
buruk pula perbuatannya, yang demikian itu noda dunia, menjadi pengganti
(tumbal) kita seluruh dunia, namanya kebusukan (diantara) manusia. Itu semua
patut diingat, sengsara dan bahagia, buruk dan baik, tergantung kepada guru.
Ini
tandanya. Ada orang mati waktu mencuri, mati ketika menggerayangi rumah orang,
mati waktu menodong, mati waktu merangkum, dan segala macam perbuatan hianat,
semua itu harus diperhatikan karena jangan dijadikan contoh. Ya itulah yang
disebut guru nista.
Ada lagi. Kalau kita menonton wayang, mendengarkan juru pantun,
Ialu menemukan pelajaran dari kisahnya. itu disebut guru panggung.
Bila kita menemukan pelajaran yang baik dari membaca ya disebut
guru tangtu. Kalau melihat hasil pekerjaan besar seperti: ukir-ukiran, hasil
pahatan, papadungan (papasan
kayu?), lukisan, enggan ertanya kepada pembuatnya, terpahami oleh rasa sendiri
hasil mengamati karya orang lain, ya disebut guru wreti. Mendapat ilmu
dari anak. disebut guru rare. Mendapat pelajaran dari kakek, disebut guru kaki.
Mendapat pelajaran dari kakak, disebut guru kakang. Mendapat palajaran dari
toa, disebut guru ua. Mendapat pelajaran di tempai bepergian, di kampung
di tempat bermalam, di tempat berhenti, di tempat menumpang, disebut guru
hawan. Mendapat pelajaran dari ibu dan bapak, disebut guru kamulan. Demikian
pula kalau berguru kepada maha pendeta, disebut guru utama, ya disebut guru
mulya, guru premana, ya guru kaupadesaan. Itulah yang disebut catur utama
(empat keutamaan).
Karena itu bila telah selesai menunaikan semua kewajiban dan
pekerjaan, periksalah kembali mana yang jelek mana yang bagus, mana yang buruk
mana yang baik. Begitulah bila ada yang memuji kita, hendaknya segan dan
sadarlah kita, ganti kembalikan kepada yang memuji supaya kita tidak
mementingkan pujian orang lain. Kalau kita senang dipuji, ibarat galah panjang
disambung ranting (belalai) karena merasa senang oleh pujian, lalu menjadi takebur karena merasa diri berkecukupan
di rumah sendiri dengan makanan, minuman, kesenangan, kenikmatan dan perabotan,
lalu dijadikan andalan. Itu disebut galah panjang. Itu ibarat padi hampa
namanya.
Begitulah,
kalau ada yang mencela (mengeritik) kepada kita, terimalah kritik orang lain
itu. Yang demikian itu ibarat galah sodok dipotong runcing. Ibarat kita sedang
dekil, celaan itu bagaikan air pemandian; ibarat kita sedang menderita
kekeringan kulit, bagaikan datang orang yang meminyaki; ibarat kita sedang
lapar, bagaikan datang yang memberi nasi; ibarat kita sedang dahaga, bagaikan datang
orang yang mengantarkan minuman; ibarat kita sedang kesal hati, bagaikan datang
orang yang memberi sirih pinang. Itulah yang disebut panca parisuda (lima
penawar); ibarat galah sodok diperpendek.
Bila
kita merasa bahagia, ibarat padi berat isi. pasti sejahteralah orang banyak,
karena bertemu dengan sumber kesenangan dan kenikmatan, (yaitu) tahan celaan
dan mengambil (memperhatikan) nasihat orang lain. Bila sedang sibuk tundalah
sementara, (lebih-lebih) bila sedang tidak ada pekerjaan, untuk menjenguk
ibu-bapak. Itulah yang disebut manusia sejati; yang disebut keutamaan
tertinggi: ibarat dewa berwujud manusia namanya; berperibadi sempurna. benih
kebajikan dan pohon kebenaran.
Ini pelengkap perbuatan, agar tidak gagal dalarn hidup. agar rumah
tangga kita penuh berkah, (yaitu) cermat. teliti, rajin, tekun, cukup sandang,
bersemangat, berperibadi pahlawan, bijaksana, berani berkurban, dermawan,
cekatan, terampil. Bila kita membuat sawah. untuk sekedar tidak sengsara; bila
kita membuat kebun, untuk sekedar tidak mengambil sayur-sayuran di ladang kecil
milik orang lain atau ke ladang luas milik orang lain, sebab tak akan dapat
memintanya: memelihara ternak tiduk sekedar tidak membeli atau menukar
(barter), (memiliki) perkakas untuk sekedar tidak meminjam selimut dan pakaian jangan kekurangan; makan dan minum
jangan kekurangan; anak dan isteri nasihati supaya tidak dikatakan merusak
kesusilaan. Perhatikanlah sanghiyang siksakandang karesian.
Hendaknya kita tidur sekedar penghilang kantuk, minum tuak sekedar
penghilang haus, makan sekedar penghilang lapar, janganlah; kita
berlebih-lebihan. Ingatlah bila suatu saat kita tidak memiliki apa-apa.
Demikian pula (mengenai) kejujuran anak-isteri. jangan bersikap pembeli hati
supaya tidak hanya tampaknya saja berbuat. Bila kita berhasil mengajarinya dan
menuruti nasihat, itulah anak kita, isteri kita. Bila tidak menuruti nasihat, mereka itu sama saja
dengan orang lain. Namun bila tetap bandel, isteri dan anak yang demikian,
sudahlah jangan kita aku. Pasti kita mendapat beban. pasti tersesat masuk
neraka, musnah hasil amal kita, hilang pahala leluhur.
Ini
ajaran sang darma pitutur, agar hidup kita tidak tanpa tekad memelihara hasrat.
Alat hias itu sisir, bejana berisi air itu jernih, tampak (dasar) tempatnya dan
tampak tanpa busa. Dikatakan: seri itu namanya emas, Adapun emas bila tidak
digosok suram warnanya, kalau digosok cemerlang indah sebab terpelihara.
Demikianlah tamsil kita manusia ini. Kalau mentaati sanghyang
siksa, sejahteralah perasaan kita ibarat lurus bertemu dengan lurus-nya. Bila
tidak mentaati sanghyang siksa kreta ibarat bengkok bertemu dengan bengkoknya.
Alat hias itu cermin. Adapun cermin, bila tidak terlihat, samarlah bayangan
kita. Bila terlihat akan jelaslah rupa kita di dalam cermin itu.
Begitulah manusia ini, dapat meniru perilaku orang lain. Bila
sempurna pasti terikuti oleh perasaan kita. Kalau tidak akan bisa menuruti
nasihat, membelakangi aturan namanya. Jemangan itu disebut tempat bercermin. Yang dapat
dianggap air bening itu ialah budi kita yang baik. Oleh sebab itu maka lihatlah
agar pikiran kita tetap hidup. Negeri itu disebut kota. Adapun kota, bila
kosong tak ada yang patut ditiru. Demikian pula perkataan, bila tidak berisi,
dusta namanya. Tetapi bila bersih dan pada tempatnya, itu semuanya patut
ditiru, Demikianlah semua perkataan. Bila terisi, maka dikatakan benar-benar
terbukti.
Demikianlah
kita manusia ini. Bila ingin tahu sumber kesenangan dan kenikmatan.
ingat-ingatlah kata sang darma pitutur. Inilah selokannya:
telaga
dikisahkan angsa
gajah mengisahkan hutan
ikan mengisahkan laut
bunga
dikisahkan kumbang.
Maksudnya,
demikianlah bila kita akan bertindak, janganlah salah mencari tempat bertanya.
Bila ingin tahu tentang taman yang jernih, telaga berair sejuk tanyalah angsa.
Umpamanya ada orang menekuni pedoman hidup, jernih pikiran, hidup hasratnya,
bergelora, ibarat angsa berada di telaga bening.
Bila ingin tahu isi laut tanyalah ikan. Ibaratnya orang
ingin tahu tentang budi raja
dan budi mahapendeta.
Bila ingin tahu tentang isi hutan tanyalah gajah, Ini maksudnya.
Yang diibaratkan isi ialah tahu keinginan orang banyak. Yang diibaratkan gajah
ialah tahu tentang kekuatan sangraja.
Bila
ingin tahu tentang harum dan manisnya bunga, tanyalah kumbang. Maksudnya yang
diibaratkan kumbang itu ialah orang dapat pergi mengembara, tahu perilaku orang
lain. Yang diibaratkan harum bunga ialah manusia yang sempurna tingkah lakunya,
manis tutur katarya selalu tampak tersenyum penuh kebahagiaan. Maksudnya
janganlah salah memilih tempat bertanya.
Bila ingin tahu semua ceritera seperti: Damarjati, Sanghyang Bayu,
Jayasena, Sedamana, Pu Jayakarma, Ramayana, Adiparwa, Korawasarma, Bimasorga,
Rangga Lawe, Boma, Sumana. Kala Purbaka, Jarini, Tantri; ya segala macam
ceritera tanyalah dalang.
Bila ingin tahu segala macam lagu, seperti: kawih bwatuha, kawih
panjang, kawih lalanguan, kawih panyaraman, kawih sisi(n)diran, kawih
pengpeledan, bongbongkaso, pererane, pasir eurih, kawih babahanan, kawih
ba(ng)barongan, kawih tangtung, kawih sasa(m)batan, kawih igel-gelan: segala
macam lagu, tanyalah paraguna (ahli karawitan).
Bila ingin tahu permainan, seperti: ceta maceuh, ceta nirus,
tatapukan, babarongan, babakutrakan, ubang-ubangan, neurcuy panca, munikeun le(m)bur,
ngadu lesung. asup kana lantar, ngadu nini: segala macam permaman, tanyalah
empul.
Bila ingin tahu tentang pantun, seperti: Langgalarang,
Banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi; tanyalah juru pantun
Segala
macam lukisan, seperti: pupunjengan, hihinggulan, kekembangan, alas-alasan,
urang-urangan, memetahan, sisirangan, ruk hata, kembang tarate: segala macam
lukisan, tanyalah pelukis.
Segala macam hasil tempaan, ada tiga macam yang berbeda. Senjata
sang prabu ialah: pedang, abet (pecut), pamuk, golok, peso teundeut, keris.
Raksasa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk membunuh. Senjata orang
tani ialah: kujang, baliung, patik, kored, pisau sadap. Detya yang dijadikan
dewanya, karena digunakan untuk mengambil apa yang dapat dikecap dan diminum.
Senjata sang pendeta ialah: kala katri, peso raut, peso dongdang, pangot,
pakisi. Danawa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk mengerat segala
sesuatu, Itulah ketiga jenis senjata yang berbeda pada sang prebu, pada petani,
pada pendeta. Demikianlah bila kita ingin tahu semuanya, tanyalah pandai besi.
Segala macam ukiran ialah: naga-nagaan, barong-barongan, ukiran
burung. ukiran kera, ukiran singa; segala macam ukiran, tanyalah maranggi (ahli
ukir).
Segala macam masakan, seperti: nyupar-nyapir, rara ma(n)di,
nyocobek, nyopong koneng, nyanglarkeun, nyarengseng, nyeuseungit, nyayang ku
pedes, beubeuleuman, papanggangan, kakasian, hahanyangan, rarameusan, diruum
diamis-amis; segala macam masakan, tanyalah hareup catra (juru masak).
Segala macam kain. seperti: kembang mu(n)cang, gagang senggang,
sameleg, seumat sahurun, anyam cayut, sigeji, pasi, kalangkang ayakan, poleng
re(ng)ganis Jaya(n)ti, cecempaan, paparana-kan, mangin haris, sili ganti, boeh siang, bebernatan,
papakanan, surat awi, parigi nyengsoh. gaganjar, lusian besar, kampuh
jaya(n)ti, hujan riris, boeh alus, ragen panganten; segala macam kain, tanyalah
pangeuyeuk (ahli tekstil).
Bila ingin tahu agama dan parigama: acara tunduk kepada adigama,
adigama tunduk kepada gurugama, gurugama tunduk kepada tuhagama, tuhagama
tunduk kepada satmata, satmata tunduk kepada surakloka, surakloka tunduk kepada
nirawerah. Manusia utama bebas dari dosa, Bebas dari dosa ciri manusia utama;
segala hal mengenai agama dan parigama tanyalah pratanda.
Bila ingin tahu tentang perilaku perang, seperti: makarabihwa,
katrabihwa, lisangbihwa, singhabihwa, garudabihwa, cakrabihwa, suci muka, braja
panjara, asu maliput, merak simpir, gagak sangkur, luwak maturut, kidang sumeka,
babah buhaya, ngali(ng)ga manik. lemah mrewasa, adipati, prebut sakti, pake
prajurit, tapak sawetrik; tanyalah panglima perang.
Bila ingin tahu semua mantra, seperti: jampa-jampa, geugeui(ng).
susuratan, sasaranaan, kaseangan, pawayagahan, puspaan, susudaan,
hurip-huripan, tu(n)duk iyem, pararasen, pasakwan; segala macam ajian
tanyalah-brahmana.
Bila ingin tahu tentang puja dan sanggar, seperti: patah puja
daun, gelar palayang, puja kembang, nya(m)pingan lingga, ngomean sanghyang:
segala macam hal mengenai memuja tanyalah janggan (biarawan)
Bila
ingin tahu tentang-perhitungan waktu, seperti: bulan gempa, tahun tanpa
te(ng)gek, tanpa sirah, sakala lumaku, sakala ma(n)deg. bumi kape(n)dem, bumi
grempa: segala macam pengetahuan warisan leluhur, tanyalah bujangga.
Bila
ingin tahu tentang darmasiksa, siksakandang, pasuktapa, padenaan. maha pawitra,
siksa guru, dasa sila, tato bwana, tato sarira, tato ajnyana; segala macam isi
pustaka, lanyalah pendeta,
Demikian pulah tentang kesempurnaan di seluruh kerajaan,
kemulyaan, keutamaan, kewaspadaan, keagungan, tanyalah raja.
Bila ingin tahu tentang cara-cara mengukur tanah, seperti:
mengatur tempat, membagi-bagikan kepada seluruh rakyat, memberi tanda batas,
meratakan, membersihkan lahan, mengukur, menyamakan, meluruskan, mengatur, bila
tinggi didatarkan, bila rendah diratakan; segala macam pengaturan tempat.
tanyalah mangkubumi.
Bila ingin tahu tentang semua pelabuhan, demikian pula: gosong,
gorong, kabua, ryak mokprok, ryak maling, alun agung, tanjung, hujung, nusa,
pulo, karang nunggung, tunggara, barat daya: segala macam tempat di laut,
pelayaran, tanyalah puhawang (nakhoda).
Bila ingin tahu segala macam harga, seperti: tiga juta, tiga
ratus-ribu, tiga puluh ribu, tiga ribu, enam ratus, tiga ratus, tiga puluh,
demikian pula kedua belas, ketiga belas, keempat belas, kelima belas, keenam
belas, ketujuh belas, kedelapan belas: segala macam harga tanyalah citrik byapari (orang terpelajar/pandai).
Bila ingin tahu tentang sandi, tapa, lungguh, pratyaksa, putus
tangkes, kaleupaseun, tata hyang, tata dewata, rasa carita, kalpa carita:
segala macam mengenai penyebutan para dewata semuanya, tanyalah wiku paraloka.
Bila kita hendak bertindak, jangan salah mencari tempat bertanya.
Bila ingin tahu bahasa negara-negara lain, seperti: bahasa Cina, Keling, Parsi,
Mesir, Samudra, Banggala, Makasar, Pahang, Kelantan, Bangka, Buwun, Beten,
Tulangbawang, Sela, Pasay, Negara Dekan, Madinah, Andalas, Tego, Maluku, Badan,
Pego, Minangkabau, Mekah, Buretet, Lawe, Sasak, Sumbawa, Bali, Jenggi, Sabini;
Ogan, Kanangen, Komering, Simpang Tiga, Gumantung, Manumbi, Babu, Nyiri,
Sapari, Patukangan, Surabaya, Lampung, Jambudipa, Seran, Gedah, Solot,
Solodong, Indragiri, Tanjung Pura, Sakampung, Cempa, Baluk, Jawa; segala macam
(bahasa) negara-negara lain, tanyalah juru basa darmamurcaya.
Itu semua patut diketahui tepatnya dan perlunya. Bila ada yang
mengatakan tidak perlu tahu; itulah yang tidak akan setia kepada
keahlian dirinya, mengabaikan ajaran leluhur kita. Pasti ditunggu oleh neraka
bila keahlian tidak dimanfaatkan, bila kewajiban tidak dipenuhi, untuk mencapai
kebajikan dan kesejahteraan karena semua itu ketentuan dari hyang dan dewata.
Suara panguasa alam waktu menyempurnakan mayapada. Ujarnya: Brahma,
Wisnu, Isora, Mahadewa, Siwah,
baktilah kepada Batara! Ujarnya: India, Yama, Baruna, Kowara, Besawarma,
baktilah kepada Batara! Ujarnya: Kusika, Garga, Mestri, Purusa, Patanjala,
baktilah kepada Batara! Maka para dewata semua berbakti kepada Batara Seda
Niskala42 Semua menemukan "Yang Hak" dan "Yang
Wujud".
Ini yang harus ditemukan dalam sabda, ketentuan Batara di dunia
agar teguh menjadi "Permata di dalam sangkar", untuk cahaya seluruh
dunia, Hamba tunduk kepada majikan, istri tunduk kepada suami, anak tunduk
kepada bapak, siswa tunduk kepada guru, mantri tunduk kepada nu nangganan, nu
nangganan tunduk kepada mangkubumi, mangkubumi tunduk kepada raja, raja tunduk
kepada dewata.
Kita harus memperteguh diri, menertibkan hasrat, ucap dan budi.
Bila hal itu tidak diterapkan dan dilakukan oleh orang-orang dari golongan
rendah, menengah dan tinggi semua akan dijerumuskan ke dalam neraka Si Tambra
Go(h)muka. Karena keunggulan ilmu manusia terungguli oleh dewata,
Kata sang darma pitutur mengajarkan ucap para leluhur. Ada lagi
perbandingannya. Demikianlah umpamanya kita pergi ke Jawa, tidak mengikuti
bahasa dan adatnya, termangu-mangu perasaan kita. Setelah kita kembali ke
Sunda, tidak dapat berbicara bahasa Jawa, seperti yang bukan pulang dari
rantau. Percuma hasil jerih payahnya sebab tidak bisa berbicara bahasanya.
Demikianlah kita manusia ini. Tetap turun dari alam gaib tidak
menemukan jalan kedewataan, ingin cepat-cepat menjelma karena pandir
kelakuannya, tidak dapat meniru perbuatan orang yang mengetahui. Malahan yang
ditiru itu orang yang tidak setia, yang tidak layak, cepat berbuat kejahatan:
menyelinap ke rumah perempuan, lalu main serong dengan orang yang terhitung
adik atau kakak. Lalu perempuan merasai pria yang bukan suaminya, tidak layak namanya. Laki-laki merasai
wanita yang bukan istrinya, ridak layak namanya. Boleh dijerumuskan ke dalam
neraka si mregawijaya. (sebagai) manusia yang mengutamakan perbuatan yang
salah.
Inilah ungkapan perbuatan manusia yang salah: burangkak, marende,
mariris. wirang. Yang disebut catur buta (empat hal yang mengerikan). Maksudnya
burangkak berarti mengerikan. Yang dianggap mengerikan yaitu ke'akuan manusia
yang ketus, tak mau menyapa sesama orang. bicara sambil marah dan membentak,
bicara sambil membelalak, bicara kasar dengan nada menghina, buruk lakuan,
berhati panas, tidak layak namanya. Ya itulah yang dianggap mengerikan
perbuatan manusia semacam itu. Tak ubahnya seperti raksasa, durgi, durga, kala,
buta, layaknya menempati tanah-tanah yang kotor.
Yang disebut tanah-tanah yang kotor ialah: sodong, sarongge, cadas
gantung, mungkal pategang, lebak, rancak, kebakan badak, catang nunggang,
catang nonggeng, garunggungan, garenggengan. lemah sahar, dangdang warian,
hunyur, lemah laki, pitunahan celeng, kalomberan, jaryan, kuburan; golongan
tanah terbuang.
Demikianlah kejadiannya bagi yang berkeras berbuat buruk; karena
perbuatan manusia yang bertingkah menakutkan orang lain kejadiannya tergolong
kepada maha gila, karena tidak mengikuti sanghyang sasanakreta, karena
melanggar sanghyang siksakandang karesian. Maka menjadi maha gila itulah yang
dimaksud dengan burangkak.
Marende berarti diduga dingin nyatanya panas. Dimanjakan,
dikasihani, dibujuk, disayangi, diberi kesenangan dan kenikmatan, diberi hamba
kaula; demikianlah direncanakannya. Nyatanya terkena oleh isi tegal si pantana
(sumber kehancuran), yang mengalirkan kurban.
Dari
Timur bersenjatakanpedang. Seratus ribu orang terkena di sana. Dari Selatan
gunung Batu. Berbarengan seribu orang nista di sana. Dari Barat raksasa bermuka
api. Tidak terhitung jumlah orang nista di sana. Dari Utara seperti belalang
ditusuki. Berbaieng seratus orang nista di sana. Dari tengah gagak si
penghancur dengan sang senayaksa. Beribu-ribu orang nista di sana. Ye kenistaan
karena marende namanya.
Mariris berarti jijik, lebih jijik dari tahi, lebih jijik dari
bangkai busuk. Demikianlah perbuatan orang yang panjang tangan, suka mengambil
barang orang. Memetik apa-apa tanpa meminta, mencuri, merampok, mengecoh,
merampas; segala macam dusta terhadap kebenaran,
Bila mati rohnya sengsara. Seribu seratus tahun terkena kutuk
Batara, jauh pada kemungkinan menjadi manusia. Kalau menjelma menjadi binatang
kotor. seperii: janggel, ulat tahun. piteuk, titinggi, jambelong, limus
sakeureut, mear, pacet, lintah. lohong, gorong; segala macam yang dianggap
jijik oleh orang banyak. Itulah yang disebut mariris.
Wirang berarti: tidak mau jujur. tidak mau benar, tidak mau layak.
tidak mau terus terang, tidak mau berusaha. Bila memiliki sifat tercela seperti
mengancam, membunuh, ketagihan, tak mau kapok. Bila mati rohnya mengalami
sengsara di jembatan goyang (lapuk), titian tua, batu tertutup. Bila menjelma
ke dunia menjadi golongan makhluk yang menakutkan, seperti: badak, harimau,
buaya, ular besar; segala macam yang menakutkan manusia. Itulahyang disebut
wirang. Sekianlah tentang catur buta.
Ini mengumpamakan seseorang pergi ke Cina. Lama tinggal di Cina,
paham tentang perilaku orang Cina, tingkah Cina, ulah Cina, keberesan Cina. Dapat memahami bahasa ketiga
golongannya: yang rendah, sendang, tinggi.
Lalu memahami sabda sang prabu, sang rama, sang resi, bila dapat
mengendalikan hasrat, ucap, dan budi. Maka yang demikian itu mengetahui tentang
geuing, upageuing, parigeuing; yaitu yang disebut trigeuing.
Geuing ialah dapat makan dan dapat minum dalam kesenangan. Itulah
arti geuing. Upageuing berarti dapat bersandang, dapat berpakai, dapat berganti
pakaian (selama yang lain dicuci), dapat berbusana. Itulah arti upageuing.
Parigeuing berarti dapat memerintah, dapat menyuruh, karena tuturnya manis dan
ramah. Sehingga tidak merasa segan orang yang disuruh karena terkena oleh hasil
menyelami seloka.
Kepada yang masih muda panggillah: utun (buyut). eten (upik), orok
(bayi), anaking (anakku), adi ing (adikku). kepada yang tua menyebutlah:
lanceuk ing (kakakku). suan ing(uaku). euceu ing(kakak perempuanku), aki ing
(kakekku). Menyebut nama berkesan keterlaluan. Demikianlah (yang disebut) dasa
pasanta (sepululi penenang hati), yaitu bijaksana, ramah, sayang, memikat hati.
kasih. iba membujuk, memuji, membesarkan hati, mengambil bati. Maka senang.
gembira, dan cerahlah orang yang disuruh. Itulah yang disebut pari-geuing.
Inilah selokannya: emas, perak, permata, intan. yang disebut catur
yogya (empat hal yang terpuji. Ini maksudnya. Emas berarti ucapan yang jujur.
tepat, nyata panca aksara. Perak berarti hati yang tenteram, baik. bahagia.
Permata berarti hidup dalam keadaan cerah. puas, leluasa. Intan berarti mudah
tertawa. murah senyum, baik hati. Itulah yang disebut catur yogya.
Ada orang muncul dari kesuciannya (seperti): pancak saji (rumah
sajen), pabutelan, pemujaan. rumah adat, candi, kuil, palinggan,
sanggar hyang (Bali: Sulinggih), batu perunggu, tempat arca, lalu
membuat orang-orangan dan membersihkannya. Demikianlah seluruh permukaan tanah
terurus, air dapat disucikan, diberkati. Itulah manusia bahagia, manusia
sempurna, ya manusia sejahtera.
Yang dianggap muncul dari kesucian tanah yaitu, ingat kepada
sanghyang siksa. berpegang teguh kepada ajaran ibu. bapak, kakek, dan buyut.
mengetahui peraturan bagi maha pendeta, menukuhkan kata-kata kesentosaan.
Menurut cerita zaman dahulu yang menegakkan sanghyang sasakreta itu ialah:
Rahyangta Dewa Raja, Rahyangta Rawunglangit, Rahyangta di Medang, Rahyangta di
Menis. Itulah yang disebut catur kreta.
Oleh karena itu sekarang manusia ingat kepada sanghyang
darmawisesa, mengetahui kerahasiaan manusia. Itulah yang disebut manusia (yang
paham) rahasia. Bila mati sukmanya akan menemukan sorga kebahagiaan. Mengalamj
siang tanpa malam, suka tanpa duKa, kemulyaan tanpa kenistaan, senang tanpa
penderitaan, indah tanpa buruk, gaib tanpa wujud, menjadi hyang tanpa mendadi
dewa kembali. Itulah yang disebut peramalenyep (kesadaran utama).
Demikianlah manusia sekarang. Bila kita mandi, air yang kita
temukan mengandung dua pilihan yang keruh dan yang jernih. Demikianlah
perbuatan manusia. Dua macam yang dilakukan: yang buruk dan yang baik.
Begitulah manusia, mendapat susah karena perbuatan yang menyusahkan dirinya
sendiri. Begitulah manusia, mendapat kebahagiaan karena perbuatan yang
membahagiakan dirinya sendiri. Ya manusia itu susah karena ulahnya senang
karena ulahnya.
Begitulah air itu maka disebut ada dua macam pilihannya. Air sejuk dan bening adalah sanghyang darmawisesa.
Itulah yang dilakukan oleh maha pendeta. Air suram dan keruh ialah pada rasa
dan kelakuan yang dilakukan oleh sang wiku, masyarakat. orang yang berkedudukan
semuanya. Ya ibarat centana (kesadaran) dengan acentana (ketidaksadaran). Yang
sadar itu tahu mengingat nasihat dan tak pernah melupakannya; itulah awal
manusia bahagian, pokok dunia yang sejahtera. Yang tidak sadar ialah yang lupa
kepada hyang, bingung, tidak ada tutur yang diingatnya, ya pokok kehancuran,
benih zaman akhir. urnbi keingkaran, benih kebohongan: penyebab manusia masuk
neraka. Janganlah hal itu dikukuhi oleh mereka yang ingin benar.
Ini ujar sang budiman waktu menyentosakan pribadinya. Inilah tiga
ketentuan di dunia. Kesentosaan kita ibarat raja, ucap kita ibarat rama, budi
kita ibarat resi. Itulah tritangtu di dunia, yang disebut peneguh dunia.
Ini triwarga dalam kehidupan. Wisnu ibarat prabu, Brahma ibarat
rama, Isora ibarat resi. Karena itulah tritangtu menjadi peneguh dunia,
triwarga menjadi kehidupan di dunia. Ya disebut tritangtu pada orang banyak
namanya.
Kukuhkan,
kuatkan, batas-batas kebenaran, penuh kenyataan sikap baik dalam jiwa. Maka
menjadi sentosa dunia. maka menjadi sejahtera kehidupan ini, karena perbuatan
manusia yang serba baik.
Demikianlah, bila pendeta teguh dalam kependetaannya, akan
sejahtera; bila wiku teguh dalam kewikuannya, akan sejahtera; bila manguyu
(ahli gamelan) teguh dalam kemanguyuannya, akan sejahtera; bila paliken
(senirupawan) teguh pada kepalikenannya, akan sejahtera; bila tetega (biarawan)
teguh dalam ketetegaannya, akan sejahtera; bila ameng (pelayan biara) teguh
dalam keamengannya, akan sejahtera; bila wasi (catrik, pengikut agama) teguh
dalam ke-wasiannya, akan sejahtera; bila ebon (biarawati) teguh dalam
keebonannya, akan sejahtera; Demikian pula bila walka (pertapa yang mengenakan
pakaian kulit kayu) teguh dalam kewalkaannya, akan sejahtera; bila petani teguh dalam kepetaniannya, akan
sejahtera; bila euwah(?) teguh dalam keeuwahannya, akan sejahtera; bila gusti
(tuan tanah) teguh dalam kegustiannya akan sejahtera; bila masang(?) teguh
dalam kemasangannya, akan sejahtera: bila bujangga (ahli falak) teguh dalam
kebujangaannya, akan sejahtera: bila tarahan (tukang tambangan perahu) teguh
dalam ketarahannya, akan sejahtera: bila disi (ahli siasat/ramal) teguh dalam
kedisiannya. akan sejahtera; bila rama teguh dalam keramaannya, akan sejahtera;
bila resi teduh dalam keresiannya, akan sejahtera; bila prebu teguh dalam
keprebuannya. akan sejahtera.
Demikian, bila pendeta dan raja sungguh-sungguh menyejaht-rakan
negara, maka sejahteralah di Utara, Selatan, Barat dan Timur semua yang
tersangga oleh bumi, semua yang ternaungi oleh langit; hidup sentosalah serba
makhluk semuanya.
Serba makhluk semuanya yaitu: makhluk tumbuhan, makhluk hewan,
janma wong, janma siwong, wastu siwong. Ya sekian itulah yang dikatakan serba
makhluk seluruhnya.
Makhluk
tumbuhan yaitu: rumput, pohon, rambat, perdu. Semua hidup hijau subur,
hamparan rumput; itulah yang disebut makhluk tumbuhan.
Janma wong yaitu: hanya rupanya saja manusia karena tidak baik
tabiaatnya. Janma siwong yaitu: hanya baik tabiat dan turunannya saja tetapi
belum mengetahui sanghyang darma. Wastu siwong yaitu: yang teguh pada
pengetahuannya, mengetahui sanghyang darma, tahu hakikat sanghyang ajnyana;
itulah yang disebut wastu siwong.
Yang ini, barangkali ingin tahu tentang jumlah isi dunia. Inilah
namanya: kurija, mataja, bagaja, payuja.
Kurija ialah segala yang keluar dari mulut. Mataja ialah segala
yang keluar dari mata (mata tunas); Bagaja ialah segala yang keluar dari kemaluan (perempuan), Payuja ialah segala yang keluar
dari tumbung atau cungap. Itulah yang disebut sanghyang catur mula.
Ini kagunaan manusia di dunia: ngangka, nyigi, ngiket, nyigeung,
ngaruang, ngarombong. Ngangka berarti cita-cita. Nyigi berani untaian. Ngiket
berarti segala jenis pekerjaan mengikat. Nyigeung berarti meluruskan, membelah,
membaji, membagidua, meratakan, mengetok, mengikur. menyamakan. Ngaruang
berarti segala macam kerja menggali Ngarombong berarti segala jenis pekerjaan
memenggal-menggal (memberi batas). Itulah yang disebut sadguna (enam kegunaan).
Sekian kegunaan manusia semuanya.
Ini keinginan manusia: yun suda, yun suka, yun munggah, yun luput.
Maksudnya: yun suda ialah ingin sempurna, tidak mau terkena oleh serba
penyakit; yun suka ialah ingin kaya, tidak mau ditinggalkan (kehilangan) harta;
yun munggah ialah ingin sorga, tidak mau menemui dunia: yun luput bararti ingin
moksa, tidak mau terbawa oleh penghuni sorga.
Ini untuk yang pergi mandi. Maksudnya laki-laki dan perempuan
harus terpisah. Demikianlah untuk semuanya. Berapa macam bahan dagangan?
Sebenarnya hanya mentah dan masak, bagus dan jelek, kecil dan besar.
Berapa macam rasanya? Sebenarnya (hanya)lawana, kaduka, tritka,
amba, kasaya, madura. Lawana berarti asin; kaduka berarti pedas; tritka berarti
pahit; amba berarti masam, kasaya berarti gurih; madura berarti manis. Sekian
terasanya oleh orang banyak.
Ini untuk kita memperoleh kekayaan, yang akan diwariskan kepada
keturunan kita semuanya: kepada anak,
kepada
cucu. kepada umpi, kepada cicip, kepada muning, kepada anggasantana, kepada
pratisantana, kepada putuh wekas semua; yang pantas dan yang tidak pantas
diwariskan di antara hasii usaha kita.
Yang tidak layak dijadikan pusaka disebut makanan raksasa. Hasil
judi, hasil usaha perhiasan tidak layak dijadikan pusaka, Yang demikian disebut
diberikan kepada langit. Tetapi pemberian ibu, pemberian bapak, pemberian
perguruan, boleh dijadikan pusaka. Yang demikian disebut dewata pelindung diri.
Hasil pertanian boleh dijadikan pusaka. Disebutnya permata yang
keluar dari bumi. Hasil peliharaan, hasil ternak, boleh dijadikan pusaka.
Disebutnya mirah jatuh dari langit.
Orang kaya yang sanggup menebus (hamba) perempuan, yang tidak
diketahui ibu bapaknya janganlah dia dipekerjakan agar kita tidak terbawa
salah. Ada lagi kita mengetahui ibu bapaknya, dan (perempuan itu) mencari
tempat mengabdi. Bila sifat ibu bapaknya baik terhadap sesama orang, dan anaknya
terbawa sifat orang tuanya. Boleh dipekerjakan. Tetapi bila ia sifatnya buruk
janganlah dicoba-coba dipekerjakan. Disebutnya manusia sesat di neraka.
Ada lagi orang yang baik kelakuannya, baik alur turunannya, baik
orang tuanya, tebuslah. Tetapi jangan lantas diperistri mungkin ia hamba
turunan. Jangan pula dikawinkan kepada kerabat kita. Lebih baik pintalah, dan
bawakan sirih pinang agar mengabdi kepada kita.
Demikianlah resepnya agar keluarganya kembali kepada asal. Untuk
pencegah diri dari penjara, agar
pamor keluarga kita baik untuk pencegah diri mendapat aib.
Ini untuk menjodohkan anak. Jangan terlalu cepat dijodohkan karena
belum tentu tepat tindakan kita. Pada umumnya, bila terlalu kecil ibunya akan
menurun kepada anak perempuan. Bila terlalu kecil bapaknya. akan menurun kepada
anak laki-laki. Bila menurun dari semuanya dari suami dan istri disebut keburuk
merasuk kejelekan.
Jangan menjodohkan anak kecil, agar tidak berbuta kesalahan, agar
tidak merepotkan yang menjodohkan,
**
Demikianlah pesan sang budiman, ujar sang darma pitutur
menguraikan ajaran para leluhur* Yaitu ajaran perilaku yang menjadi pelajaran:
Sembah kepada Siwa ! Sembah kepada Buda! Sembah sepenuhnya kepada Jiwa
Mahasempurna !
Semoga pembaca menjadi, yang mengikuti ajaran kebajikan,
memperhatikan cita-cita kesucian, mengikuti hukum-hukum pengabdian.
Demikianlah yang dikatakan siksakandang karesian, semoga menjadi
sumber pengetahuan bagi yang mendengarkan.
Mulai menulis naskah waktu hari bersinar cerah. Selesai dalam
bulan katiga,
Ini (tahun) selesainya pustaka: nora (0) catur (4) sagara (4)
wulanm)= 1440Saka (1518 M)
1
dasa kreta =10 kesejahteraan yaitu kesejahteraan yang dicapai karena kemampuan
menjaga 10 sumber nafsu.
2 jadiyan = mudah jadi/tumbuh; tahun = pohon, tanaman.
3 maya-maya :- bayang-bayang yang samar.
4 tan parek sebenarnya berarti tidak dekat, jauh.
5 paka pridana dari paka = mempunyai dan paridhana = pakaian.
6 sowe sebenarnya berarti lama.
7 dasa sila (lihat catatan no. 3 terjemahan K.-408 !).
8
Tumbung adalah terjemahan kata payu (Sks.) yang berarti; lubang dubur (Mcd)
atau lubang vagina (Er). Secara umum searti dengan cungap.
9 Keter - liubungan seksua! sejenis (homo sexual);
10 Baga-purusa (baga - kemaluan wanita; purusa - kemaluan
laki-laki).
11
pacandaan atau pasandaan - tempat bersandar, majikan,
12
Wado (wadwa) = perajurit vang memimpin para petani melakukan kerja.-bakti untuk
raja yang sedang berlangsung.
13 Tatagata dari Sks.: tatha = kenyataan yang ada; gata = yang
sedang berlangsung;
14
Panca aksara = 5 huruf yaitu: NA, MQ, SI, WA, YA yang masmg-masing dianggap
identik dengan: Isora, Brahma, Mahadewa, Wisnu dan Siwa.
15 Panca byapara = 5 anasir pelindung/pembungkus.
16 Panca putera = 5 orang putera Sang Kandiawan yang dianggap
penjelmaan panca kusika.
17 Wretikandayun = pendiri kerajaan Galuh.
18 Panca kusika = 5 orang resi murid Siwa dalam mitologi Hindu.
19
Wuku scbenamva berarti: buku, ruas atau penggalan. .
20 Sang dewata lima = Iswara, Brahma, Mahadewa. Wisnu dan Siwa.
21 Saka = asal, permulaan, tiang, semua.
22
Dasa kalesa - 10 noda adalah dosa yang bersumber kepada ketidak-mampuan
memelihara dasa indera.
23 mali (kd: bali) = sembuh, putih.
24 Usya dari kata Skr.: usha = hasrat, keinginan.
25 Pancagati = 5 penvakir serakah, kebodohan, kejahatan, tekebur
dan keangkuhan.
26 buhaya di sini berarti ambu + ayah.
27
Estri larangan = wanlta (gadis) yang telah bertunangan dan telah menerima
panglarang (tanda pinangan)
28
Nangganan = membariskan; nu runggancn = pemimpin barisan yang kedudukannya
setingkat di bawah mangkubumi.
29 Tanda = nu nangganan, pejabat tinggi negara.
30 Cante mungkin dari Sks.: Santya = berkobar, terbakar.
31 Dongdonan (kd.: dongdon = pergi melihat, bergabung).
32 Parakan = bagian sungai tempat menangkap ikan dengan cara
mengeringkannya sebahagian.
33 Babayan = tati bergantung sebagai ciri pemilikan.
34 Pangadwa = pakaian yang terdiri atas dua bagian.
35 Halo = berseru (Er); haloan = seruan, godaaan. Mungkin juga
dari haIwan (Jk) = zinah.
36 rara hulanjar = janda belum beranak, janda perawan.
37 Sapinaha dari Sks.: pinaha = makanan.
38 pangurung - petugas pajak.
39 lihat glosari I
40 serang = sawah atag ladang yang padinya digunakan
untuk.kepentingan upacara umum, atau sawah ladang pejabat
41
Batara Seda Niskata adalah istilah Hyang yang disangsakertakan dan berarti
Tuhan Yang Maha Gaib.